Wanita dan pendidikan, kiranya dua kata ini menjadi suatu hal yang unik untuk diperbincangkan. Bagi wanita untuk bertahan dalam kehidupan yang keras ini, ia tidak hanya bisa menggunakan kecantikan. Pendidikan adalah salah satu jalan untuk memandirikan manusia termasuk di dalamnya kaum wanita. Selengkapnya pidato tentang wanita dan pendidikan, Semoga Bermanfaat !
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Hadirin yang berbahagia
Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya menyampaikan sedikit ilmu tentang wanita dan pendidikan. Topic ini saya sampaikan karena pada beberapa kondisi budaya dalam beberapa masyarakat ada sebuah kecenderungan yang menganggap bahwa wanita tak perlu menempuh pendidikan tinggi baik itu yang berkaitan dengan pendidikan formal maupun non formal. Kecenderungan ini tak dapat dipungkiri membuat wanita mandeg dalam proses belajarnya.
Hari ini tentunya kita megenal sosok RA. Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita. Emansipasi diartikan sebagai pembebasan dari perbudakan atau yang lazim dipahami sebagai persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Barang kali perbudakan disini merujuk pada kondisi bahwa sering kali wanita diperbudak oleh kebodohan dan diperbudak pula oleh cara pandang budaya masa lalu yang menempatkan kehidupan wanita pada kasur, sumur dan dapur. Cara pandang ini membuat sebagian besar orang merasa bahwa wanita tidak perlu belajar apalagi sampai menempuh jenjang pendidikan yang tinggi dalam kehidupannya.
Yang selanjutnya adalah tentang persamaan hak, barang kali fitrah dan hak antara laki-laki dan wanita memang berbeda sehingga dalam keadaan apapun tidak dapat dipersamakan. Namun hak untuk menerima pendidikan adalah hak yang harus diterima baik oleh laki-laki maupun wanita karena keduanya adalah manusia yang dianugerahi akal untuk berpikir.
Pada masa sebelumnya, di beberapa daerah wanita ditempatkan pada posisi inferior yang hanya dibutuhkan pada hal-hal yang berkaitan dengan sumur, dapur dan kasur. Jangan kan untuk mencapai pendidikan tinggi, dalam taraf tertentu proses belajar pun ditanyakan seberapa perlu dan bermanfaatnya. Pada waktu itu orang lupa bahwa dari rahim wanita lah manusia lahir dan dari pola asuhnya lah generasi manusia tumbuh dan berkembang lalu bagaimana bisa wanita mendidik manusia jika ia tidak dibekali dengan pendidikan?
Kecenderungan budaya masyarakat yang tak menghendaki wanita berpendidikan atau berilmu pun didobrak oleh berbagai tokoh perempuan yang menghendaki pentingnya pendidikan bagi kaum wanita. Singkatnya wanita tidak pernah bisa hidup dengan hanya mengandalkan kecantikan tapi pendidikan sangat diperlukan untuk membuat wanita dapat bertahan di kehidupan yang keras ini.
Wanita tidak pernah bisa hidup hanya dengan mengandalkan kecantikannya.
Seharusnya wanita masa kini bersyukur dan berterima kasih pada tokoh perempuan masa lalu yang telah membukakan pintu pendidikan bagi kaum perempuan yang dampaknya bahkan sampai dirasakan saat ini. Siapakah mereka ?
Seharusnya wanita masa kini bersyukur dan berterima kasih pada tokoh perempuan masa lalu yang telah membukakan pintu pendidikan bagi kaum perempuan yang dampaknya bahkan sampai dirasakan saat ini. Siapakah mereka ?
Tidak hanya berhenti pada sosok Kartini, karena sebenarnya ada begitu banyak tokoh perempuan yang pada praktiknya lebih besar dan tangguh dalam memperjuangkan wanita. Katakanlah sosok itu adalah Rohana Kudus dan Dewi Sartika. Jikalau Kartini dapat menyampaikan ide-idenya melalui kertas yang kemudian dibukukan oleh beberapa orang. Maka Rohana Kudus dan Dewi Sartika telah mewujudkan ide-idenya melalui tindakan nyata.
Bukan hanya sekedar bercita-cita dan berwacana agar kaum wanita mendapatkan hak pendidikannya.
Bukan hanya sekedar bercita-cita dan berwacana agar kaum wanita mendapatkan hak pendidikannya.
Dewi Sartika telah mendirikan sekolah yag pada akhirnya dinamakan sakola kautamaan istri yang berdiri di bandung dan beberapa daerah di luar bandung. Rohana Kudus pun melakukan hal yang sama di kampong halamannya, ia mendirikan sekolah kerajinan amal setia dan rohana school. Bahkan dikatakan bahwa rohana kudus telah menjadi jurnalis sejak di koto gadang sampai ia mengungsi ke medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.
Banyak dari keberadaan tokoh wanita Indonesia yang barang kali kehebatannya belum diketahui secara umum. Title keterbelakangan wanita Indonesia sepertinya dapat dipatahkan jika kita mengetahui berbagai tokoh perempuan yang dalam peranannya melakukan hal hebat dalam kehidupannya. Misalnya saja sebutlah nama Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, Malahayati dan sebagainya. Nama-nama inilah merupakan tokoh perempuan hebat pada masanya yang berjuang untuk menghadapi kedzaliman penjajah di masa lalu.
Selain nama-nama wanita sebelumnya, ada dua nama wanita yang barang kali kehebatannya dapat menginspirasi perempuan masa kini. Keduanya adalah Sultanah Seri Tajul Amal Safiatuddin dari aceh dan Siti Aisyah we Tenrioele dari Sulawesi selatan. Keduanya merupakan tokoh hebat yang darinya kita tahu bahwa perempuan Indonesia di masa lalu merupakan sosok cerdas dan tangguh yang memberikan kontribusi besar terhadap kehidupan orang banyak.
Dikatakan bahwa Sultanah Safiatudin dikenal sebagai sosok yang sangat pintar dan aktif dalam mengembangkan mengembangkan ilmu pengetahuan. Selain bahasa aceh dan melayu, dia menguasai bahasa arab. Persia, spanyol dan urdu. Di masa pemerintahannya, ilmu dan kesusantraan berkembang pesat. Pada masa itulah lahir karya-karya besar dari Nuruddin Ar-Raniry, Hamzah fansuri, dan juga abdur rauf. Ia juga berhasil menampik usaha-usaha belanda untuk menempatkan diri di aceh. VOC pun tidak berhasil memonopoli perdagangan timah dan komoditi lainnya. Sultanah memerintah aceh dalam waktu yang lama, ia dikenal sangat memajukan pendidikan baik untuk kaum laki-laki maupun wanita.
Sedangkan Siti Aisyah We Tenriolle sendiri adalah seorang ahli per=merintahan sekaligus kesusasteraan. D.F. Matthess seorang ahli sejarah Sulawesi dari belanda mengaku mendapat manfaat besar dari sebuah epos La-Galigo (mencakup 7000 halaman) yang ditulis sendiri oleh We Tenriolle. Pada tahun 1908, tokoh perempuan ini pun mendirikan sekolah di Tanette, yaitu tempat pendidikan modern pertama yang dibuka baik untuk anak-anak pria maupun wanita.
Banyak tokoh perempuan hebat yang lahir dari tanah Indonesia tapi sayangnya sejarah tidak cukup hebat untuk membuka kehebatannya. Sehingga sebenarnya pada sejarahnya pun wanita adalah sosok yang lekat dengan proses pendidikan karena memang ia tak bisa hidup dengan hanya mengandalkan fisiknya. Hal ini berlaku pula dengan perempuan masa kini yang harus tangguh dan mandiri dalam kehidupan dengan terus memperkuat diri dengan pendidikan. Sekali lagi, wanita tidak dapat hidup hanya dengan mengandalkan kecantikannya, Ia hanya dapat hidup dengan kemerdekaan pikiran yang akan membentuk jiwanya menjadi sosok yang tangguh dan berdikari.
Bagi wanita terus belajar dan menempuh pendidikan setinggi mungkin bukanlah perkara tentang apa yang harus dicapai atau pekerjaan dan posisi apa yang harus ia dapat dalam karirnya. Sungguh sama sekali bukan, terlalu dangkal untuk menjadi gengsi dunia sebagai tujuan karena pada perjalanannya sosok perempuan pun adalah manusia yang diberi akal. Dengan akal tersebut ia wajib untuk mengenali Tuhannya dan agamanya, sekali lagi semua bermuara pada kedekatan dengan Tuhan.
Hadirin yang berbahagia
Semoga kita tidak lupa dan abai bahwa dari perempuan lah manusia lahir dan dipelihara kehidupannya. Dari wanita lah seorang anak belajar untuk pertama kalinya, jika seorang guru dinilai dari pembelajaran apa yang ia berikan pada siswa maka bagi wanita setiap sikap, tindakan dan ucapan bagi anak-anakny adalah rangkaian proses pembelajaran. Cara ibu menatap, berbicara dan bahkan hanya gesture tubuh sekalipun merupakan proses pembelajaran.
Hal yang harus diingat adalah bahwa wanita itu mendidik manusia bukan binatang yang bisa hanya untuk dilatih melainkan manusia yang jiwa dan akalnya perlu untuk terus dikembangkan. Dan bagaimanakah untuk membimbing jiwa itu ? jawabanya tersimpan pada sebuah proses pendidikan dalam setiap waktu baik yang berasal dari pendidikan formal maupun informal.
Bagaimana wanita bisa mendidik akal dan jiwa anak-anaknya jika akal dan jiwanya pun tidak terdidik oleh proses pendidikan. Bagaimana ia dapat memanusiakan manusia jika dalam prosesnya kehidupan tidak memanusiakannya.
Bagaimana wanita bisa mendidik akal dan jiwa anak-anaknya jika akal dan jiwanya pun tidak terdidik oleh proses pendidikan. Bagaimana ia dapat memanusiakan manusia jika dalam prosesnya kehidupan tidak memanusiakannya.
Cara budaya yang meremehkan kebutuhan pendidikan adalah bentuk perbudakan paling besar yang keberadaannya bukan hanya mengekang kebebasan manusia tapi menutup pintu kehidupan manusia untuk dapat berpikir luas dan merdeka.
Maka sebenarnya bagi siapapun itu, entah pria maupun wanita pendidikan adalah hak, kebutuhan sekaligus kewajiban yang harus diperolehnya. Dengan pendidikan tersebut kemerdekaan manusia bisa tercapai dimana manusia tidak terbelenggu pada kekeliruan pikir yang mengantarkannya pada tindakan dan perbuatan yang naïf.
Maka sebenarnya bagi siapapun itu, entah pria maupun wanita pendidikan adalah hak, kebutuhan sekaligus kewajiban yang harus diperolehnya. Dengan pendidikan tersebut kemerdekaan manusia bisa tercapai dimana manusia tidak terbelenggu pada kekeliruan pikir yang mengantarkannya pada tindakan dan perbuatan yang naïf.
Barang kali demikianlah yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaklumi dan dimaafkan. Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.