Pidato Tentang Isyarat Al-Quran Perihal Guru Ideal

Guru ideal, bagaimanakah kiranya? Al-Quran sebagai kitab suci umat muslim memiliki panduan lengkap tentang kehidupan ini. Tak terkecuali bagaimana menjadi guru ideal, Al-Quran mengisyaratkan pelbagai hal bagaimana seharusnya seorang guru bersikap. Untuk lebih jelasnya simak langsung contoh pidato tentang isyarat Al-Quran perihal guru ideal berikut ini, semoga bermanfaat dan menginspirasi untuk menjadi guru ideal !

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Hadirin yang berbahagia

Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya menyampaikan pidato singkat tentang sifat-sifat yang harus dimiliki seorang guru. Tentunya kita tahu bahwa guru adalah sosok yang digugu dan ditiru dimana buah tuturnya menjadi hal yang diingat dan tindakan serta sikapnya menjadi hal yang diikuti dan dicontoh oleh siswa. Keberadaan guru yang merupakan profil kebaikan ini menjadi hal yang patut untuk diperjuangkan karena tak mudah untuk menjadi sebenar-benarnya guru.

Lalu barang kali ada yang bertanya-tanya sifat-sifat apa yang harus dimiliki oleh seorang guru?

Guru merupakan profil kebaikan dan kebenaran, memang sudah seyogianya ia memiliki sifat-sifat yang menjadi pembeda dengan yang lainnya. Keberadaan guru tidak hanya mengajar melainkan juga mendidik manusia. Ia tidak hanya melakukan transfer knowledge melainkan membangun jiwa-jiwa manusia menuju hakikat keberadaannya.

Jika pendidikan disebut-sebut sebagai pintu kemajuan suatu bangsa maka barang kali guru merupakan kunci pendidikan itu sendiri. Guru memiliki posisi strategis untuk mendidik anak manusia menuju kedewasaannya. Cara guru menatap, mendengar, merasa, berpikir dan bertindak di dalam kelas amat memengaruhi jiwa para peserta didiknya. Untuk itu perlu profesionalisme yang besar bagi seorang guru agar dapat tidak membawa masalah pribadi ke kelas apalagi jika menjadikan peserta didiknya sebagai pelampiasan emosi.

 Hadirin yang berbahagia

 Dewasa ini kita semakin sering menjumpai tindakan negative yang dilakukan oleh para guru, kasus-kasus pun bertebaran di masyarakat. Diantaranya tindakan curang guru yang ikut memakan dana pendidikan, atau ketidakjujuran guru membocorkan soal ujian nasional, kekerasan seksual yang dilakukan guru terhadap peserta didik dan sebagainya. Hal ini tentunya membuat nurani kita semakin terluka ketika sosok yang ditugaskan untuk mencerdaskan anak bangsa malah menjadi figure utama dalam berperilaku buruk.

Namun tak bijak jika hanya melihat hanya dari satu sisi apalagi sisi keburukan, saya yakin masih banyak para guru Indonesia yang mencintai profesinya sebagai pendidik anak bangsa. Saya yakin bahwa masih banyak guru yang berjuang dan siap berkorban demi kemajuan pencerdasan anak-anak bangsa. Keyakinan inilah kiranya yang harus setiap saat diteguhkan dan dibuktikan dalam kualitas dan kompetensi guru yang optimal.

 Al-Quran sebagai kitab suci umat muslim memberikan panduang kepada kita bagaimana seharusnya menjalani kehidupan. Berkaitan dengan guru, Al-Quran memberi petunjuk bagaimana seharusnya seorang guru bertindak dan bersikap serta sifat-sifat apa yang harus dimilikinya. Ada beberapa isyarat Al-Quran yang menjelaskan tentang bagaimana menjadi guru ideal, diantaranya adalah:

Pertama, guru harus bersikap konsisten antara ucapan dan perbuatan serta menjadi panutan peserta didiknya. Singkatnya guru harus menjadi profil kebaikan dalam kehidupan yang dengannya ia akan digugu dan ditiru kebaikannya terutama bagi para peserta didiknya. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Baqoroh ayat 44 yang artinya:

Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat) ? Maka tidakkah kamu berpikir?

Kedua, guru tidak boleh bersikap kikir untuk membagikan ilmu-ilmunya. Ia tidak boleh menyembunyikan sedikit pun ilmunya dari anak didiknya dan tidak pula menolak jika ada seseorang yang ingin belajar suatu hal darinya. Allah berfirman dalam QS. Al-Imran: ayat 187 yang artinya:

Dan (Ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu):’’ Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,’’ Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tukaran yang mereka terima.

Ketiga, guru harus memerhatikan kemampuan dasar anak didik sehingga ilmu yang disampaikan sesuai dengan kemampuan peserta didik. Jadi setinggi apapun ilmu sang guru, ia tetaplah harus menyesuaikan kemampuannya dengan kemampuan peserta didik. Penyesuaian itu diantaranya adalah penggunaan bahasa yang dapat dimengerti anak dan ilmu pengetahuan yang setaraf dengan kecerdasannya.

Allah berfirman dalam Quran Surah AL-Isra ayat 84 yang artinya:
Katakanlah tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya (tabiat dan pengaruh alam) masing-masing. ‘’Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.

Keempat, guru harus bersikap ramah dan familiar terhadap peserta didik, seperti halnya sikap bapak terhadap anak-anaknya. Keramahan ini barang kali yang dapat membuat peserta didik lebih terbuka pada guru.

Allah Swt. berfirman dalam Quran Surah Al-Imran ayat 59 yang artinya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.

Kelima, guru tidak dapat mengajarkan suatu hal dengan paksaan, tetapi proses pembelajaran harus mampu membangun keinginan dan kesadaran peserta didik untuk melakukan pelbagai kebaikan dan kebiasaan positif.

Allah berfirman dalm Quran Surah Al-Baqoroh ayat 256 yang artinya:
Tidak ada paksaan untuk memasuk agama islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sehat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut (berhala dan setan) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kokoh yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Keenam ialah guru harus memiliki kecintaan dan kemauan yang besar dalam mendalami bidang keilmuan. Hal ini dibuktikan dengan kegemarannya dalam membaca, meneliti dan mengkaji. Allah berfirman dalam QS. Toha ayat 115 yang artinya:
Dan sesungguhnya telah kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa akan perinta itu, dan tidak Kami dapati padanya kemuaan yang kuat.

Ketujuh, ialah bahwa guru harus bersikap tawadhu atau rendah hati dengan ilmu-ilmunya. Singkatnya ia dapat menghalau semua godaan setan untuk bersikap sombong ditengah ketinggian ilmu-ilmunya. Sikap rendah hati dengan kedalaman ilmu menjadi pintu agar Allah menyukainya.

 Allah berfirman dalam surah Al-Kahfi ayat 82 yang artinya:
Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah orang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak sabar terhadapnya.

Kedelapan ialah bahwa kesabaran sangat diperlukan guru dalam proses pembelajaran. Kesabaran ini ibarat oase dalam padang pasir yang menjadi obar ketika seorang guru mengalami penurunan dalam mengajar. Allah berfirman dalam surah Al-Lukman ayat 17 yang artinya:
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabralah dari apa yang menimpa kamu. Sesungguhnnya hal-hal yang demikian itu termasuk ha-hal yang diwajibkan.

Demikianlah kiranya isyarat Al-Quran yang memberikan panduan bagaimana seorang guru harus bersikap. Tampaknya bukan perkara yang mudah menjadi sosok guru ideal, didalamnya perlu proses dan perjuangan yang tidak sebentar. Namun seberat apapun perjuangan menjadi guru tampaknya akan selalu terobati dengan kesadaran bahwa dari sosok guru-guru ideal inilah generasi terbaik akan berkembang.

Hadirin yang berbahagia
Barang kali demikianlah yang dapat saya sampaikan. Kurang dan lebihnya mohon dimaklumi dan dimaafkan. Akhir kata, siapapun kita hari ini semoga kita dapat bertingkah laku selayaknya menjadi guru yang darinya lah generasi terbbaik lahir. Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Leave a Comment