Ibarat padi, semakin berisi semakin makin merunduk. Begitulah tawadhu, ditengah ketinggiannya ia tetap merunduk dengan tidak merasa lebih baik dibanding orang lain. baginya, kebaikan hanya diperuntukan kepada Allah Yang Maha Agung lagi Maha Mulia. Lalu bagaimana agar memiliki sikap tawadhu? siapa manusia yang bisa dijadikan contoh dalam mengamalkan sikap mulia tersebut? Agaknya kita harus menyimak contoh ceramah tentang sikap tawadhu berikut !semoga berkah dan bermanfaat
Assalamulaikum wr. wb
Yang saya hormati teman-teman dan hadirin semua
Marilah kita bersama – sama panjatkan puja, puji, dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam karena atas berkah, rahmat dan hidayahnya kita semua dapat berkumpul di tepat yang Insya Allah mulia ini
Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan ke pada junjungan kita – manusia terbaik sepanjang zaman yakni besar Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Semoga kita semua kelak mendapatkan syafaatnya. Aamiin.
Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan ke pada junjungan kita – manusia terbaik sepanjang zaman yakni besar Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Semoga kita semua kelak mendapatkan syafaatnya. Aamiin.
Hadirin Sekalian yang berbahagia,
Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya sedikit menyampaikan ilmu perihal sifat tawadhu. Apa sifat tawadhu itu? Yang dimaksud tawadhu ialah merendahkan diri dan
berlaku lemah lembut. Maksudnya, melalui sikap ini kita sebagai manusia mampu menanggalkan sifat sombong dengan merasa lebih baik dan unggul di banding orang lain.
berlaku lemah lembut. Maksudnya, melalui sikap ini kita sebagai manusia mampu menanggalkan sifat sombong dengan merasa lebih baik dan unggul di banding orang lain.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: “Kalau sekiranya ada orang bersikap tawadhu agar Allah Shubhanahu wa ta’alla mengangkat derajatnya dimata orang, maka ini belum dikatakan telah merengkuh sifat tawadhu, karena maksud utama
perilakunya itu didasari agar mulia dimata orang, dan sikap seperti itu menghapus tawadhu yang sebenarnya“.
Agaknya melalui sikap tawadhu ini kita mampu menaggalkan ketergantungan kepada sesama manusia untuk dinilai baik dan terpuji.
perilakunya itu didasari agar mulia dimata orang, dan sikap seperti itu menghapus tawadhu yang sebenarnya“.
Agaknya melalui sikap tawadhu ini kita mampu menaggalkan ketergantungan kepada sesama manusia untuk dinilai baik dan terpuji.
Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:Tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah melainkan (pasti) Allah akan mengangkat derajatnya”. HR Muslim no: 2588. Dalam kehidupan, manusia tidak menjadi lebih baik ketika ia merasa baik apalagi jika perasaan baik tersebut didasari kecenderungannya yang membanding-bandingkan kebaikan diri dengan orang lain. justru mereka yang sesungguhnya baik adalah mereka yang sangat tahu kekurangan dirinya dan merasa bahwa perbuatan baiknya tidak pernah cukup.
Rasulullah yang merupakan manusia terbaik sepanjang sejarah manusia ternyata merupakan pionir yang paling baik dalam mengamalkan sikap tawadhu. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari sahabat Anas radhiyallahu ‘anhu beliau menceritakan: Pernah ada seorang budak yang berada dikota Madinah, menggandeng tangan Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu diajak pergi untuk membantu urusannya”. HR Bukhari no: 6072.
Bahkan lebih mengesankan lagi dari itu semua, sebuah hadits yang dibawakan oleh al-Baghawi dalam syarhu sunah dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, diceritakan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”
Aku makan sebagaiman makannya seorang hamba sahaya, dan aku duduk seperti duduknya seorang budak”. HR al-Baghawi 13/248. Dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah no: 544
Bahkan lebih mengesankan lagi dari itu semua, sebuah hadits yang dibawakan oleh al-Baghawi dalam syarhu sunah dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, diceritakan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:”
Aku makan sebagaiman makannya seorang hamba sahaya, dan aku duduk seperti duduknya seorang budak”. HR al-Baghawi 13/248. Dinyatakan shahih oleh al-Albani dalam silsilah ash-Shahihah no: 544
Dari hadits tersebut kita dapat memahami bahwa nilai kualitas manusia dapat diukur dengan seberapa sikap tawadhu yang tetap melekat di tengah-tengah ketinggian ahlak dan budi yang dimilikinya. Ibarat padi, tawadhu adalah mereka yang dalam ketinggiannya tetap bersikap merunduk.
Akhir kata, Mungkin hanya ini yang dapat saya sampaikan. Segala kekurangan berasal dari dalam diri saya sendiri dan segala kebaikan bersumber pada Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Agung. Semoga sedikit ilmu yang telah saya sampakan dapat bermanfaat. Mohon maaf atas kekurangannya dan terima kasih atas segala perhatian dan kebaikannya.
Wassalam Wr wb