Contoh Pidato Agama Islam Tentang Sabar

Menumbuhkan sifat sabar tentu bukanlah hal yang mudah, selain kita mesti menguasai hawa nafsu kita, kita pun harus menguasai pikiran dan jiwa kita. Mengingat pentingnya kesabaran bagi seorang muslim, berikut di bawah ini melalui contoh pidato agama Islam tentang kesabaran akan kita bahas tuntang cara menumbuhkembangkan sifat sabar di dalam diri kita. Silahkan anda mengunjungi halaman artikel contoh pidato hari guru bagi anda yang membutuhkan.

Assalamu’alaikum Wr. Wb

(Pilih muqaddimah Pidato yang anda sukai)

Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan saudara-saudara sekalian yang saya hormati
Pertama kali, marilah kita memanjatkan puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT. Karena Dia telah memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar yaitu umur yang panjang, kesehatan yang baik, dan kesempatan yang luang sehingga kita semua bisa menghadiri acara ………………………

Tanpa ijin dari Allah tak mungkin kita bisa hadir dan bermuwajahah di tempat ini.

Kedua kalinya, semoga keselamatan dan kesejahteraan tetap di limpahkan Allah kepada panutan kita semua, yakni Rasulullah saw, berikut para keluarganya, para sahabatnya,  para ulama-ulama dan segenap pengikutnya, umat Islam sekalian. Amin

Para Bapak, Ibu dan saudara-saudara sekalian.
Seorang muslim harus memiliki ahlak kenabian, yaitu akhlakul karimah. Selama kita tidak mempunyai budi pekerti yang baik, maka belumlah dikatakan beriman. Salah satu dari sekian banyak akhlakul karimah adalah sabar. Karena sabar adalah ciri orang yang mukmin.

Sabar merupakan kekuatan dan daya positif yang mendorong jiwa untuk menunaikan kewajiban. Di samping itu, sabar adalah suatu kekuatan yang mampu menghalangi seseorang dalam melakukan kemaksiatan.

Rasulullah saw. bersabda, “Sabar adalah cahaya,” artinya bahwa kesabaran itu merupakan hidayah yang datang dari Allah. Yakni sebuah penerang yang membimbing seseorang untuk dapat mengenal Tuhan dan rasulNya, serta mengetahui maupun mengamalkan ajaran-ajaranNya, perintah-perintahNya dan menjauhi semua laranganNya. Oleh karena itu seseorang yang tetap tegak bertahan sehingga dapat menundukan dorongan hawa nafsu secara terus menerus, maka ia termasuk orang yang sabar.

Sayidina Ali bin Abu Thaiib pernah berpesan, “Seseorang tidak boleh takut kecuali kepada dosanya, tidak boleh berharap kecuali kepada Tuhannya. Jika belajar tidak boleh malu seandainya ia tidak tahu. Tidak boleh malu menyatakan “aku tidak bisa”. Dan ketahuilah bahwa sabar dalam menghadapi segala masalah seperti kepala di badan, lalu jika kepala itu terlepas dari badannya, maka rusaklah badan tersebut. Demikian juga jika sabar lepas dari suatu urusan, maka rusaklah urusan itu.”

Bapak-bapak, Ibu-ibu dan saudara-saudara yang dirahmati Allah.
Untuk mengukur sejauh mana kadar keimanan dan kesabaran seseorang, maka Allah lalu melimpahkan suatu ujian. Hanya saja ujian tersebut ada yang ringan dan ada yang berat.

Ujian atau cobaan itu adakalanya berupa kenikmatan, misalnya harta benda, jabatan dan sebagainya. Ada pula dalam bentuk yang tidak menyenangkan, seperti musibah dan penderitaan. Terhadap ujian itu, baik yang mengandung kenikmatan atau musibah, maka sifat sabar adalah sesuatu yang dapat menjadikan penawar. Sabar akan memancarkan sinar yang memelihara seseorang sehingga ia tidak jatuh kepada kekufuran. Sebab banyak kasus, orang yang ditimpa musibah kemudian imannya menjadi lemah lalu kufur (murtad). Karena itulah, sebagai seorang muslim kita wajib meneguhkan hati dalam menghadapi cobaan dari Allah. Marilah kita hadapi semua itu dengan tenang dan sabar. Dalam masalah ini, menyadari bahwa Allah Maha Kuasa dan Maha Rahman akan dapat menumbuhkan sifat sabar di dalam hati. Tanamkan suatu keyakinan bahwa Allah yang memberi ujian kepada kita dan Allah juga yang memberi Rahmat. Setiap kesulitan dan cobaan hidup, apapun bentuknya, adalah datang dari Allah. Sekali-kali manusia tidak dapat menolak dan tidak pula dapat memaksa agar Allah memberi rahmatNya.

Para hadirin rahimakumullah.
Dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa Allah berfirman:

قُلْ مَنْ ذَا الَّذِي يَعْصِمُكُمْ مِنَ اللَّهِ إِنْ أَرَادَ بِكُمْ سُوءًا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ رَحْمَةً وَلَا يَجِدُونَ لَهُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا

Artinya:
Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah. (Al-Ahzab ayat 17)

Orang yang mampu belajar dalam menghadapi ujian atau cobaan, maka derajat kemuliaanya akan ditinggikan oleh Allah. Sabar yang dimaksudkan ialah bertahan pada iman dan tidak mengeluh dalam merasakan cobaan yang tidak menyenangkan itu.

Diriwayatkan bahwa seorang sahabat bernama Khabab sedang menghadapi cobaan. Ia mendatangi Rasulullah, yang ketika itu duduk bersandar surban di bawah naungan Ka’bah. Kepada Rasulullah. Khabab mengeluh dan menceritakan tentang hidupnya yang selalu menderita. Bertubi-tubi musibah telah menimpanya.

Katanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasul, doakanlah agar Allah menolong kami sehingga kami terlepas dari ujian hidup!”
Rasulullah menjawab, “Perlu engkau ketahui wahai Khabab, bahwa dijaman dahulu, yaitu jamannya umat sebelum kita, terkadang mereka disiksa dengan cara tubuhnya ditanam di dalam liang atau dibelah dengan gergaji. Meskipun demikian, mereka tetap memegang teguh agamanya dan tidak merubah pendiriannya sedikitpun.”

Rasulullah saw. kemudian mengemukakan firman Allah:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Artinya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji´uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-Baqarah Ayat: 155 – 157)

Jika cobaan atau ujian hidup dihadapi dengan sabar, ikhlas, tidak berkeluh kesah, tetapi berikhtiar mencari jalan pemecahannya secara baik, maka Allah pasti memudahkan bagi kita dalam urusan ini. Disamping dapat memcahkan masalah yang kita hadapi, tentu Allah akan memudahkan bagi kita terhadap masalah hisab. Allah akan memberi pahala, memberkati kehidupan sehingga timbangan amal pahala kita lebih berat dibanding dengan dosa kita. Jadi jika seseorang itu mampu menghadapi ujian dengan sabar dan ikhlas, maka ia termasuk orang yang tulus dalam menempuh ujian itu. Jika tidak sabar, berarti ia gagal dan masuk dalam golongan orang yang berputus asa.

Para hadirin rahimakumullah,
Banyak orang beranggapan bahwa kesabaran itu berarti merendahkan diri dan menyerahkan kepada keadaan begitu saja. Kesabaran berarti membiarkan diri hanyut dalam kondisi atau menghentikan usaha tanpa berusaha mencari jalan keluarnya, tanpa mau memperbaiki dan melakukan usaha.

Sebenarnya anggapan seperti itu tidaklah benar. Sabar yang dimaksud oleh agama adalah Ikhlas dalam menghadapi cobaan atau ujian dengan cara baik, berusaha mencari jalan keluar yaitu ihktiar, dan tetap bertahan untuk teguh dalam iman serta tidak berkurang amal shalih yang dijalankan.

Demikianlah akhlakul karimah berupa kesabaran yang harus kita tanamkan dalam jiwa ini. Agar kita melatihnya setiap saat dalam pergaulan sehari-hari. Jika kita menjadi orang yang sabar, Insya Allah akan disukai orang lain di tengah-tengah masyarakat.

Demikianlah pidato singkat yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan ini. Jika ada kesalahan, maka hal itu karena khilaf dan kebodohan ilmu saya. Mohon maaf atas segala kekuarangnya.

Bilahit taufiq wal hidayah. wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuhu.

Leave a Comment