Ceramah Tentang Haji Mabrur

Setiap tahun jutaan umat muslim menunaikan ibadah haji, penyempurnaan rukun islam ini merupakan jawaban dari panggilan Allah. Salah satu cita-cita yang pasti dimilki oleh jamaah haji adalah meraih haji yang mabrur. Namun, apakah haji mabrur itu? Agar lebih jelas simaklah contoh ceramah tentang haji mabrur berikut ini, Semoga Bermanfaat !

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

 Yang saya hormati teman-teman dan hadirin semua. Marilah kita bersama – sama panjatkan puja, puji, dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam karena atas berkah, rahmat dan hidayahnya kita semua dapat berkumpul di tepat yang Insya Allah mulia ini Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan ke pada junjungan kita – manusia terbaik sepanjang zaman yakni besar Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Semoga kita semua kelak mendapatkan syafaatnya. Aamiin

 Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya menyampaikan sedikit tentang apa itu haji mabrur. Sebentar lagi kita akan bertemu dengan hari raya idul adha. Pada bulan tersebut ada sebagian besar umat muslim yang merayakannya di tanah suci dengan berhaji dan ada pula sebagian besar umat muslim yang merayakannya di tempat tinggalnya masing-masing.
Berkaitan dengan ibadah haji tentunya setiap jemaah haji ingin mencapai haji mabrur. Apa itu haji mabrur?

 Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw. besabda,’’ Dan Haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.’’ (Hr. Bukhari dan Muslim).
Mabrur diambil dari kata birrun yang artinya kebaikan. Asal katanya barra ya birru yang artinya berbuat kebaikan atau kebajikan. Dalam teks hadis, diterimanya ibadah haji diistilahkan dengan kata mabrur bukan dengan kata maqbul yang artinya diterima.

Dikatakan bahwa kata mabrur mencakup banyak arti, ada beberapa ayat atau hadits yang menggunakan kata mambrur ini salah satunya adalah kata ,’’ Birrul Walidain’’ yang mengandung arti berbuat kebajikan kepada orang tua. Kita memaknainya sebagi ungkapan rasa syukur kepada orang tua yang telah berjuang keras dalam membesarkan kita.
Istilah berbuat kebajikan mengandung arti yang luas diantarany tidak hanya mencakup disini dan saat ini tapi juga berkatan dengan masa depan.

Misalnya berbuat baik pada orang tua tidak hanya pada saat orang tua masih hidup bahkan jika mereka telah meninggalkan dunia pun kita harus berbuat baik kepadanya diantaranya dengan menjaga silaturahmi dengan kerabat dan saudara orang tua.

Ada kalanya mereka yang berangkat ke tanah suci untuk melaksanakan ibadah haji tanpa disadari sering mengangungkan kakbah laksana Tuhan. Sementara kakbah hanya berperan sebagai titik sentral pemersatu seluruh umat saat menunaikan ibadah haji di tanah suci. Oleh karena itu kemabruran bukan hal yang terkait dengan tempat atau arah seperti timur dan barat tetapi lebih dalam lagi berkaitan dengan pemilik timur dan barat yaitu Allah Swt. (Zainur Rofieq, The Power Of Kabah)

Untuk meraih haji yang mabrur, rukun iman harus dijadikan landasan dalam menunaikan ibadah haji. Ini artinya haji mambrur mensyaratkan kesalehan individu. Kesalehan individu ini berkaitan dengan kualitas hubungan seseorang deng penciptanya. Selain itu haji mabrur pun mensyaratkan kesalehan sosial diantaranya dengan bersikap peka, peduli dan penolong terhadap orang-orang yang dipandang lebih lemah daripadanya.

Kesalehan sosial ini salah satunya di tandai dengan keringanan hati untuk dapat memberi atau menafkahkan sebagian harta yang dicintainya. Berkaitan dengan ini, Allah Swt. berfirman,’’ Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahui. (Ali Imran : 92).

Dari Jabir, Nabi Muhammad Saw. bersabda,’’ haji mabrur tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali surga. ‘’ Para sahabatpun bertanya apakah haji mabrur itu wahai nabi Allah?’’ Beliau menjawab,’’ member makan orang miskin dan menyebarkan salam.

 Kemabruran dalam berhaji berkaitan dengan kualitas kesalehan indivdu dan sosial manusia. Jika setiap dari muslim yang berhaji di negeri ini meraih haji mabrurnya maka bukankah negeri ini akan bangun dari keterpurukannya. Bukankah berjuta-juta orang berhaji dalam setiap tahun di negeri ini? Maka seharusnya perubahan kehidupan dalam tatanan sosial terus mengarah pada kebaikan?

 Barang kali demikianlah yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaklumi dan dimaafkan. Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Leave a Comment