Manusia dikaruniai akal untu berpikir dan keberadaannya menjadi pembeda dibanding mahluk lainnya. Menggunakan akal untuk menuntut ilmu adalah suatu kemuliaan yang dapat menanggalkan kejahilan atau kebodohan. Orang yang berilmu lebih ditakuti oleh setan dibanding para ahli ibadah yang jahl atau bodoh. Selengkapnya ceramah tentang jahl atau kebodohan dalam ilmu agama berikut ini. Dengan membaca ceramah ini kita akan tahu bahwa kita membutuhkan banyak ilmu untuk mengimani-Nya, oleh karena itu jangan lewatkan tulissan ini tanpa membacanya, Semoga Bermanfaat !
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang saya hormati teman-teman dan hadirin semua. Marilah kita bersama – sama panjatkan puja, puji, dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam karena atas berkah, rahmat dan hidayahnya kita semua dapat berkumpul di tepat yang Insya Allah mulia ini Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan ke pada junjungan kita – manusia terbaik sepanjang zaman yakni besar Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Semoga kita semua kelak mendapatkan syafaatnya. Aamiin
Hadirin Rahimakumullah
Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya menyampaikan sedikit ilmu tentang apa itu Al-jahl atau kebodohan. Dalam hal ini, al-jahl berkaitan dengan kebodohan dalam mempelajari ilmu agama, kebodohan ini terjadi akibat tidak ada kemauan dalam hati seseorang untuk mengisinya dengan ilmu pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran agamanya secara benar. Dari keadaan seperti ini akan segera dimanfaatkan oleh setan untuk memalingkannya dari kebenaran itu sendiri.
Ada dua macam kebodohan dalam agama, pertama bodoh basith yaitu kebodohan seseorang dalam meyakini sesuatu yang diyakininya. Dan itu terjadi karena benar-benar tidak tahu seperti kebodohan orang-orang pada zaman jahiliah mengenai Tuhan yang mereka sembah dan prasangka mereka mengenai kebenaran hokum yang mereka ciptakan sendiri. Orang yang bodoh dalam memahami agama yang hak ini (Al-Islam) di sebut di dalam Al-Quran sebagai orang yang tidak berakal.
Kedua, bodoh murokkab yaitu kebodohan seseorang dalam meyakini sesuatu yang diyakininya dan dia benar-benar meyakini kebenarannya itu sehingga sulit diluruskan. Walaupun yang diyakininya adalah sesuatu yang tidak benar atau keliru. Ini seperti hal nya orang-orang yahudi yang meyakini bahwa Uzair adalah anak Allah; orang-orang nasrani yang menganggap isa anak Allah dan orang-orang majusi yang meyakini bahwa api adalah sumber segala kekuatan.
Saudaraku, izinkanlah saya menyampaikan sebuah kisah dari Abu Abdullah Ahmad ibn Buhair yang menuturkan sebuah kisah tentang dua orang yang bersahabat dimana yang satu merupakan ahli ibadah tapi bodoh sedangkan yang satu lagi merupakan ahli ibadah yang berilmu. Dalam persahabatan kedua orang ini, para setan yang ditugaskan untuk mengganggunya merasa tidak sanggup sehingga sang Iblis terpaksa terjun sendiri untuk mengukur kedua orang tersebut.
Mulanya iblis duduk di pinggir jalan yang biasa dilalui kedua orang itu. Setelah orang ahli ibadah lewat, iblis mengubah wujudnya menjadi seseorang yang sudah tua dan di keningnya ada tanda hitam, seakan-akan ia adalah seorang yang gemar sujud sehingga tampak seperti ahli ibadah. Maka terjadilah dialog diantara mereka:
Iblis : Wahai ahli ibadah! Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan kepadamu , semoga engkau berkenan menjawabnya.
Ahli Ibadah : Utarakan saja pertanyaanmu, barang kali aku bisa menjawabnya.
Iblis : Dapatkah Allah menjadikan langit dan bumi serta seluruh isinya dimasukan ke dalam sebutir telur tanpa menambah atau mengurangi sedikit pun.
Ahli Ibadah : Aku baru mendengar masalah ini, sehingga aku ragu akan jawabannya.
Iblis : Ya, tidak apa-apa. Kalau begitu silakan lanjutkan perjalananmu.
Kemudian Iblis menoleh ke teman-temannya dan berkata,’’ Lihatlah ! aku telah menggelincirkan si Ahli ibadah it sehingga dia sendiri meragukan kekuasaan Tuhannya.’’
Keesokan harinya iblis tersebut menghadang seorang ahli ibadah yang alim yang merupakan sahabat ahli ibadah yang telah digodanya. Iblis pun menanyakan masalah yang serupa kepadanya. Dan dengan tegas si alim itu menjawab: Ya dapat,’’. Mendengar jawaban tersebut iblis menyangkal seolah-olah tidak percaya dan ia mengulang pertanyaannya untuk kedua kalinya. Dengan membentak si ali itu menjawab,’’ Tentu saja Allah dapat melakukannya, apakah kamu tidak yakin bahwa Allah swt. telah berfirman,’’ Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata,’’ Jadilah! Maka terjadilah ia.’’ (QS. Yasin: 82).
Kemudian si iblis berkata,’’ oh ya mohon maaf atas pertanyaan saya tadi dan silakan engkau melanjutkan perjalanan.
Kemudian si iblis berkata kepada teman-temannya,’’ Beginilah caranya kalian menggoda seseorang yang tekun dalam ibadahnya tetapi jahil ilmunya.’’
Mendengar kisah ini tentunya kita mafhum bahwa setan lebih takut kepada ahli ibadah yang berilmu dibanding ahli ibadah yang jahil. Barang kali kita tidak lupa bahwa Rasulullah Saw. bersabda,’’ Seorang alim itu lebih berat bagi setan daripada 1000 orang ahli ibadah (tetapi jahil).’’ (HR. Al-Tirmidzi).
Sedikit ilmu ini semoga menjadi pelecut bagi kita untuk terus mencari ilmu dan meninggalkan kejahilan. Barang kali demikianlah yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya mohon dimaklumi dan dimaafkan. Billahi Taufik Wal Hidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh