Contoh Khutbah Jum’at Tentang Lidah Sebagai Cerminan Hati – Berbicara adalah nikmat yang Allah berikan kepada kita, untuk kita yang diberi nikmat itu berbicara semudah mengedipkan mata. Berbeda dengan mereka yang tidak bisa menikmati nikmatnya berbicara, mereka harus menggunakan bahasa tubuh atau kode-kode tertentu dalam berinteraksi. Nikmat yang tiada tara ini perlu kita syukuri dengan tidak berbicara yang bisa menyakiti perasaan orang lain, menyinggung perasaan orang lain, atau bahkan mungkin memaki orang lain. Hal-hal yang berhubungan dengan berbicara akan kita bahas pada contoh khutbah atau contoh dakwah kali ini.
أَمَّا بَعْدُ
أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah.
Lidah yang kita pakai untuk berbicara memang tak bertulang, tak berbahaya jika kita lihat dengan kasar mata. Tetapi jika lidah itu mulai memaki, mencela dan mengeluarkan perkataan kotor lainnya yang terlihat menjadi berbeda. Suatu perumpamaan yang sering kita dengar ialah “mulutmu harimaumu”. Dalam istilah tersebut tersirat bahwa senjata manusia adalah lidahnya, jika lidah itu dipakai untuk perkataan yang baik maka akan membawa kebaikan. Dan jika lidah itu dipakai untuk perkataan yang kotor maka akan membawa keburukan untuk kita. Rasulullah SAW bersabda :
((مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ))
“Barang siapa yang menjaga anggota tubuhnya yang terletak antara kedua tulang rahangnya dan antara kedua pahanya, niscaya aku memberinya jaminan masuk Surga”[HR. Al. Bukhari]
Setiap tutur kata yang keluar dari lisan kita menunjukkan ekspresi isi hati dan pikiran kita. Jika kita mampu menahan diri, menahan lisan kita, sehingga dalam keadaan marahpun kita tak harus menyakiti orang lain sungguh kita termasuk orang-orang yang berjiwa besar. Bukan berarti kita menjadi orang yang tak jujur dengan hati kita sendiri, tetapi dalam keadaan emosi pintu untuk setan masuk terbuka lebar. Jika kita mengikuti hawa nafsu dan mengeluarkan kata-kata keji maka setan yang akan menang. Ia akan merasuk terus menerus bukan hanya mempengaruhi lisan kita tapi akan berlanjut mengotori hati kita.
Hati diciptakan suci untuk membawa kita kejalan kebenaran. Tetapi jika kita tak mampu menjauhkannya dari hal-hal yang dapat mengotorinya, maka hati kita akan tercemar oleh keburukan. Naudzubillah…. Maka dari itu, menjaga lisan kita sama dengan menjaga hati kita tetap suci dan mencerminkan kepribadian yang luhur. Setiap perkataan yang keluar dari lisan kita senantiasa akan terlebih dahulu dipikirkan dan ditimbang baik-baik. Maka semakin lemah kontrol terhadap buah lisan menjadi bukti nyata akan buruknya jiwa kita. Inilah salah satu pelajaran yang dapat kita tangkap dari petuah Nabi Muhammad kepada istri tercintanya:
Aisyah binti Abu Bakar:
((يَاعَائِشَةَ إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنْزِلَةً عِنْدَ اللهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ مَنْ وَدَعَهُ أَوْ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ فُحْشِهِ))
“Hai Aisyah, orang yang paling rendah martabatnya di sisi Allah pada hari Kiamat adalah orang yang semasa hidupnya dikucilkan orang lain karena mereka sungkan dengan tutur katanya yang keji.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah
Dalam menjalani kehidupan ini, kita mempunyai dua hubungan yang harus dijaga sebaik-baiknya yaitu Habbluminallah (Kepada Allah) dan Habluminannas (Kepada Sesama Manusia). Hubungan dengan Allah dilakukan dengan beriman dan bertakwa, mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dan hubungan dengan manusia adalah bagaimana kita menjaga hubungan baik dengan keluarga, tetangga, teman, rekan kerja, atau bahkan orang yang belum kita kenal sama sekali. Semua itu bisa kita raih dengan tutur kata yang baik, orang mana yang akan tahu jika kita bermaksud baik jika kita tidak berkata-kata. Bertutur kata yang baik dan keramahan yang kita tunjukan ketika kita berinteraksi dimasyarakat akan memudahkan kita untuk diterima dilingkungan masyarakat manapun. Inilah nikmat dari menjaga lisan selain surga sebagai jaminannya. Semoga kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yang menjaga lisannya. Amin Ya Rabbal Alamin.
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ