Contoh Pidato tentang Hak Anak Jalanan | Assalamau’alaikum Wr Wb
Pertama marilah kita senantiasa bersyukur atas kehadirat Allah SWT, karena hingga saat ini Ia masih memberikan Rahmat dan juga Hidayahnya sehingga menyebabkan kita dapat berkumpul ditempat yang kita sintai ini.
Seterusnya shalawat beserta salam tidak bosan – bosannya kita hadiahkan kepada roh junjungan alam yakni nabi besar Muhammad SAW. Semoga nntinya kita akan mendapatkan safaatnya. Amiin amiin yarobbal ‘alamin
Yang saya hormati bapak / ibu saudara
Hadirin yang saya hormati :
Baiklah, untuk menghemat waktu, langsung saja judul pidato singkat saya pada harii ini yaitu berjudul Hak Nakan Jalanan
Tidak lama lagi akan memsauki bulan Juli dan setelah memasuki bulan juli maka ada tanggal 23 juli. Apakah ada yang tau hari apakah 23 juli tersebut?? 23 juli merupakan hari sudah ditetapkan menjadi Hari Anak Nasional (HAN). Kesempatan seperti ini seharusnya dapat digunakan sebagai bahan untuk mengoreksi bangsa tentang bagaimana memperlakukan para anak – anak bangsa.
Tak jarang anak-anak yang beasal dari keluarga yang tidak ataupun kurang mampu selalu “dipaksa” untuk sesegera mungkin untuk menjadi dewasa dengan beban dan juga tanggung jawab ekonomi keluarga yang diberi secara berlebihan sehingga menyebabkan mereka tak memiliki waktu untuk menikmati masa kanak – kanak seperti anak – anak lain yang ceria dan menyenangkan. Sudut – sudut kota kini sudah sarat dengan keliaran para anak – anak jalanan. Ironisnya, tidak sedikit para aparat yang menilai bahwa kehadiran mereka merupakan hanya sebagai sampah masyarakat yang haurs dikarantina tanpa ada keinginan untuk membebaskan mereka dari cengkeraman ketidak adilan dan kemiskinan.
Hadirin yang saya hormati :
Anak jalanan, sepertinya masih menjadi salah satu masalah klasik di negara berkembang, termasuk salah satunya adalah negara kita. Kehadiran mereka di tengaah kota pengap dan juga kumuh sangat erat kaitannya dengan orang tuanya yang terjerat oleh kemiskinan. Masih ada jutaan keluarga yang hidup di negeri ini masih berada dibawah standar kelayakan. Untuk bisa menyambung hidup. mereka menyuruh anak – anaknya untuk bekerja ditengah – tangan kehidupan urban yang terkesan kejam dan liar. Kekerasan sepertinya sudah menjadi seperti mata rantai yang terus menempa sekaligus menggilas para anak – anak miskin hingga pada akhirnya mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang terbelah. Tentu saja, apriori bukanlah sikap yan semestinya kita lakukan, misalnya saja dengan mengatakan “Salahn sendiri, kenapa miskin?”. Kalau saja mereka atau kita bisa memilih untuk dilahirkan dimana, Pastinya tidak ada orang yang mau lahir ditengan kemiskinan orang taunya.
Mulai dari kehidupan keluarga yang memiliki latar belakang kehidupan yang sangat kurang ataupun tidak nyaman sama sekali untuk tumbuh dan berkembang secara wajar, sesungguhnya tidak ada tempat untuk mengabaikan para anak-anak miskin yang terlantar hidup di jalanan. Semesatinya kehadiran mereka perlu diperhatikan dengan sentuhan lembut yang pastiya penuh kemanusiawian. Namun, seiring berkembangnya sikap individu sepertinya telah membakar dan juga menghanguskan nilai kemanusiawian itu. Para orang-orang kaya atau orang – orang yang mampu seharusnya bisa menggerakkan dan memberdayakan semangat hidup mereka malah semakin tenggelam dalam sikappongah, hipokrit dan sepertinya telah kehilangan rasa kepekaan terhadap nasib sesama.
Kondisi itu semakin diperparah dengan sikap yang ditunjukkan oleh Negara ini yang belum sepenuhnya bisa atau mampu memberikan perlindungan yang memadai untuk mereka. Melalui para tangan aparatnya, anak-anak jalanan yang seharusnya di lindungi justru digaruk dan juga dihinakan di atas mobil dengan bak terbuka; diarak dan juga dipertontonkan kepada publik. Sungguh, merupakan sebuah perlakuan purba yang sangat jauh dari nilai-nilai kesantunan masyarakat beradab.
Baiklah, demikianlah pidato singkat saya tentang anak jalanan, terima kasih dan Wassalamu’alaikum Wr Wb.