Kiranya bagaimana bisa bermata tapi tak melihat, ? istilah ini adalah sebuah analogi tentang keberadaan manusia yang tak dapat mengambil makna dan hikmah dari setiap kandungan AL-Quran meskipun ia telah hafal di luar kepala, ayat-ayat Al-Quran. Mengapa dan bagaimana bermata tapi tak melihat. Selengkapnya naskah pidato yang berjudul bermata tapi tak melihat, semoga bermanfaat !
Assalamualaikum Wr. Wb
Yang saya hormati teman-teman dan hadirin semua
Marilah kita bersama – sama panjatkan puja, puji, dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam karena atas berkah, rahmat dan hidayahnya kita semua dapat berkumpul di tepat yang Insya Allah mulia ini
Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan ke pada junjungan kita – manusia terbaik sepanjang zaman yakni besar Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Semoga kita semua kelak mendapatkan syafaatnya. Aamiin.
Hadirin Yang Dimuliakan Allah
Dalam salah satu hadits, diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Hati manusia pertama kalinya adalah seperti cermin , bersih dan cemerlang. Ketika ia berbuat dosa, satu bintik hitam muncul dan semakin banyak ia berbuat dosa, semakin banyak bintik hitam sampai seluruh hati menjadi hitam, dan tak ada satu pagi atau satu malam pun yang berlalu tanpa dosa terhadap Tuhan.’’
Banyak orang yang mempelajari Al-Quran, tetapi seberapa banyak mereka yang menghiasi dirinya sesuai dengan tuntunan Al-Quran. Bagaimana jadinya jika Al-Quran hanya samapai pada ingatan tapi tidak menyentuh sanubari kita sendiri. Lalu mengapa hal ini terjadi, apakah hati kita terlalu tumpul untuk dapat menyingkap makna dan himah dari ayat-ayat Al-Quran?
Hadirin Yang Di Muliakan Allah
Jika kita mengkaji Al-Quran banyak ayat yang mengisyaratkan bahwa Al-Quran adalah pedoman orang yang bertakwa. Salah satunya adalah tertera dalam surah Al-Baqarah ayat 2: Kitab Al-Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang yang bertakwa. Mungkin kata kuncinya adalah keutamaan Al-Quran hanya dapat diraih oleh orang yang bertakwa. Artinya hanya orang bertakwalah yang mampu memaknai, menghayati dan mengamalkan kandungan Al-Quran.
Keadaan ini dapat diserupakan dengan cahaya. Tentunya tidak ada yang dapat membantah bahwa cahaya sangat diperlukan manusia tapi tentunya bagi mereka yang dapat memanfaatkan cahaya dengan baik dan benar.
Begitu pula dengan Al-Quran, ia hanya dapat bermanfaat bagi mereka yang hatinya tidak berarat, yakni orang-orang yang bertakwa. Berkaitan dengan ini Al-Quran mengatakan,’’ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya.
Maka mungkin menjadi jelas bagi kita agar terus mensucikan jiwa karena dengannya mata hati kita akan dapat melihat segala sesuatunya dengan jelas. Jika kita terus melakukan dosa sehingga hati kita menjadi berkarat maka hati kita menjadi tumpul untuk menangkap makna dan hikmah yang terkandung dalam Al-Quran. Ibaratnya seperti apa yang telah dikatakan pepatah,’’bermata tapi tak melihat. Dengannya hati kita menjadi tumpul dalam melihat kebenaran dan kebaikan. Dosa yang terus dilakukan menjadi bintik hitam yang pada akhirnya membuat hati kita berkarat. Barang kali kita harus ingat firman Allah dalam Surat Al-Muthaffifin ayat 14,’’ Apa yang telah mereka kerjakan itu menjadi karat bagi hati mereka.
Hadirin Rahimakumullah
Dengan memahami bahwa Al-Quran tidak dapat bermanfaat bagi jiwa yang kotor sebagaimana cahaya yang tidak dapat bermanfaat bagi orang yang buta, maka akan menjadi lebih baik bagi kita untuk terus memperbaiki diri dan mensucikan jiwa.
Demikianlah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini, kurang lebihnya mohon dapat dimaklumi dan dimaafkan.
Billahi Taufik Walhidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh